Apa Yang Dapat Dilakukan?

Kuliner Khas Bagek Kembar

Post Page Advertisement [Top]

Akhir tahun 2016, di saat-saat akhir program Rehabilitasi Kawasan Pesisir dengan Penanaman Mangrove yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar di Desa Cendi Manik, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat  berkumpul beberapa orang pemuda Dusun Madak Belek bersepakat untuk melanjutkan program rehabilitasi tersebut secara swadaya dan swakarsa. Hal ini didasari bahwa dukungan anggaran pemerintah untuk program ini terbatas hanya di tahun 2016.

Setelah melalui beberapa kali pertemuan, akhirnya kumpulan pemuda Dusun Madak Belek dan sekitarnya membentuk wadah organisasi yang disebut Kelompok Masyarakat Pengelola Ekowisata Mangrove (POKMASLAWISMA) Bagek Kembar. Lembaga ini telah dikukuhkan oleh Kepala Desa Cendi Manik memalui Surat Keputusan Kepala Desa Nomor 15 tahun 2017 tentang Pembentukan Kelompok Masyarakat Pengelola Ekowisata Mangrove Bagek Kembar. POKMASLAWISMA Bagek Kembar memiliki visi menjadi lembaga pengelola Kawasan Ekowisata Mangrove Bagek Kembar (KEMBar) yang profesional, akuntabel, transparan, dan berkinerja. Adapun misinya diantaranya adalah melestarikan ekosistem mangrove di wilayah pesisir Desa Cendi Manik, melakukan pendidikan lingkungan kepada warga masyarakat di sekitar kawasan pesisir, dan melakukan usaha-usaha berbasis lingkungan sebagai dukungan upaya pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat.

Di usia yang masih sangat muda, POKMASLAWISMA Bagek Kembar telah berhasil melakukan upaya-upaya pelestarian lingkungan pesisir berekosistem mangrove, pendidikan lingkungan, dan usaha-usaha jasa lingkungan. Diantara adalah penyulaman mangrove di lokasi yang mangrovenya tidak tumbuh dengan baik, membuat program Adopsi Mangrove (sebuah program pelibatan masyarakat luas dalam pembiayaan penanaman dan pemeliharaan mangrove dalam periode tertentu), membuat tambak silvofishery,  melaksanan peringatan-peringatan hari besar (Hari Bumi, Hari Mangrove Sedunia, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia), dan membuat Klub Belajar Alam untuk anak-anak usia sekolah, menata lingkungan sebagian kawasan pesisir untuk menjadi pusat kegiatan ekowisata (meratakan tanah lapang, membuat pagar, membuat trekking mangrove, membuat tulisan/signboard BAGEKKEMBAR), dan memelihara dan melengkapi sarana rumah informasi mangrove (berugak). Meskipun demikian, POKMASLAWISMA Bagek Kembar masih perlu kerja keras dan terus belajar untuk mewujudkan lingkungan pesisir yang asri lestari dan mensejahterakan masyarakat.

Salah satu program peningkatan kemampuan kelembagaan kelompok adalah perjalanan pembelajaran yang telah dilakukan oleh pengurus POKMASLAWISMA Bagek Kembar didampingi oleh Kepala Desa Cendi Manik ke kawasan hutan mangrove Taman Hutan Rakyat (TAHURA) Ngurah Rai, Teluk Benoa, Bali pada tanggal 14 Mei 2017. Program pembelajaran ini difasilitasi sebagian oleh BPSPL Denpasar. Pembelajaran dilakukan di tiga lokasi yang berdekatan yang semuanya masih dalam satu kawasan TAHURA Ngurah Rai. Lokasi tersebut adalah Kantor Balai Pengelolaan Hutan Mangrove (BPHM) Wilayah I Denpasar (saat ini berubah menjadi Kantor Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan – Denpasar), Kampoeng Kepiting – Kelompok Nelayan Wanasari, dan Ekowisata Mangrove – Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang.

Di Kantor BPHM, Tim Bagek Kembar diterima oleh Bp. Jojo Kusuma, yang kebetulan merupakan tenaga ahli yang selama ini mendampingi dalam kegiatan rehabilitasi. Bp. Jojo menjelaskan tentang sejarah BPHM sejak awal berdiirnya sekitar tahun 90-an. Saat itu kawasan mangrove di sekitar lokasi kantor BPHM merupakan pertambakan namun secara operasional kurang produktif dan ramah lingkungan. Dengan bantuan Jepang melalui JICA, BPHM melakukan rehabilitasi kawasan pertambakan ini hingga menjadi seperti saat ini. Jenis-jenis mangrove yang ada cukup bervariasi mulai dari Avicennia spp., Bruguera spp., Soneratia spp., hingga Rhizophora spp. Pemanfaatan mangrove sudah banyak dilakukan baik oleh pemerintah Provinsi Bali, maupun masyarakat (diantaranya Kelompok Nelayan Wanasari dan Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang). Kantor BPHM merasa senang dapat membantu kelompok masyarakat di Sekotong, Lombok Barat untuk dapat mengelola kawasan pesisir berekosistem mangrove.


Lokasi kunjungan ke dua adalah di Resto Kampoeng Kepiting yang dikelola oleh Kelompok Nelayan Wanasari. Tim Bagek Kembar diterima dengan hangat oleh Bp. Made (Ketua), Bp. Agus (Sekretaris) dan beberapa pengurus lainnya. Di tempat ini tim berkesempatan mencicipi sirup mangrove (warna pink) yang merupakan produk olahan buah mangrove hasil karya Kelompok Nelayan Wanasari.  Secara bergantian Bp. Made dan Bp. Agus menjelaskan asal muasal Kampoeng Kepiting hingga menjadi maju seperti saat ini. Semuanya diperoleh dengan perjuangan, kerja keras. Sistem kerja, manajemen organisasi kelompok adalah satu diantara faktor yang sangat penting (harus) untuk diciptakan (dimiliki). Ini merupakan inti pengembangan kelompok ke depan.  Organisasi harus memiliki struktur yang jelas bagian-bagian dan hubungan keterkaitannya. Masing-masing bagian/posisi harus jelas tugas dan kewenangannya. Sebagai pengurus jangan terlalu mikir dulu dapat uang berapa. Sebaiknya lebih dahulu berfikir dan bekerja untuk menjalankan organisasi.

Selain organisasi, faktor yang penting untuk dibuat adalah branding (merk). POKMASLAWISMA Bagek Kembar harus memiliki branding yang simpel tapi unik dan memiliki daya pasar yang tinggi. Kampoeng Kepiting misalnya, meski namanya hanya tertera kepiting, namun di dalamnya juga tersedia aneka kuliner pesisir khas ekosistem mangrove. Kampoeng Kepiting adalah branding, merk sebagai alat untuk pemasaran.

Usaha Resto Kampoeng Kepiting telah dimulai sejak tahun 2009, namun baru operasional sekitar tahun 2013. Beberapa waktu lalu Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, telah menyempatkan diri berkunjung ke resto ini. Perlu waktu yang panjang untuk mewujudkannya. Banyak aspek yang harus disiapkan mulai dari yang besar hingga yang kecil-kecil (tampak sepele). Bp. Made menyampaikan bahwa beliau perlu waktu sekitar 1.5 tahun untuk belajar dan mendidik kelompoknya untuk bisa tersenyum. Senyum merupakan hal kecil namun sangat penting dalam usaha wisata. Kerahmahtamahan kepada pengunjung merupakan rahasia kesuskesan usaha wisata. Hal lain yang perlu disiapkan adalah sarana-prasarana seperti toilet harus cukup, mushola, tempat parkir, air bersih, listrik, dan kebersihan. Yang menggembiran adalah kesediaan Bp. Made dan seluruh jajarannya untuk memberikan pengajaran kesuksesan Kampeng Kepiting kepada Tim Bagek Kembar ataupun lainnya. Dengan kesempatan ini Tim Bagek Kembar bertekad untuk kembali lagi suatu saat dengan persiapan belajar yang lebih mantap.



Lokasi kunjungan terakhir adalah ke Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang. Kelompok ini memiliki sekretariat di ujung muara Sungai Badung. Orang di sekitar lokasi akrab menyebutnya Dam/Bendungan Tukad Badung. Kelompok mendapatkan pembinaan dari Dinas Kelautan, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar. Beberapa kali berhasil meraih juara Kelompok Masyarakat Pengawasa (POKMASWAS) tingkat nasional. Usaha yang paling dominan kelompok ini adalah ekowisata susur mangrove yang didukung oleh lebih dari 37 buah kano dengan model terbaru. Selain kano, kelompok juga memiliki beberapa buah perahu motor (boat) bantuan dari pemerintah. Sebenarnya kelompok ini awalnya adalah kelompok nelayan tangkap yang mencari ikan di seputaran Teluk Benoa. Karena hasil tangkapan terus menurun yang disebabkan menurunnya kualitas lingkungan, ekosistem mangrove, mereka mulai berbenah memperbaiki lingkungan dengan bimbingan BPHM. Saat ini mereka dipercaya sebagai kelompok masyarakat pengawasan kawasan hutan mangrove dengan pengelolaan secara ekowisata. Kegiatan-kegaitan yang rutin dilakukan antara lain adalah peringatan HUT Kota Denpasar, aksi tanam mangrove yang melibatkan siswa-siswi sekolah hingga masyarakat, dan aksi bersih sampah-sampah plastik yang mengancam kelestarian ekosistem mangrove.


Terima kasih Pengurus POKMASLAWISMA Bagek Kembar sampaikan kepada:
  • Bp. Suko Wardono, Kepala BPSPL Denpasar dan staf yang terlibat, yang telah memfasilitasi sebagian dari perjalanan pembelajaran ini.
  • Bp. Marne, Kepala Desa Cendi Manik, yang telah mendampingi dan turut mensponsori kegiatan perjalanan pembelajaran ini.
  • Bp. Jojo Kusuma, Ahli Mangrove dari BPHM I Denpasar, yang telah menerima dan memberikan ilmu tentang mangrove langsung di Pusat Informasi Mangrove Bali.
  • Made Sumasa, Ketua Kelompok Nelayan Wanasari beserta jajarannya, yang telah menerima dan berbagi inspirasi sukses Kampoeng Kepiting.
  • Bp. Wayan Kona Antara, Ketua Kelompok Nelayan Segara Guna Batu Lumbang beserta jajarannya, yang telah menerima dan berbagi inspirasi sukses Ekowisata Mangrove.

3 comments:

Bottom Ad [Post Page]