Apa Yang Dapat Dilakukan?

Kuliner Khas Bagek Kembar

Post Page Advertisement [Top]

Akhir Januari 2017 lalu adalah saat-saat yang membuat warga Dusun Madak Belek, Desa Cendi Manik, Kecamatan Sekotong cemas. Saat itu hujan lebat mengguyur seluruh wilayah dusun dan sekitarnya selama lebih dari empat hari. Kondisi semakin mengkhawatirkan karena pada saat itu air pasang sedang tinggi-tingginya karena bertepatan dengan masa bulan purnama. Ketika banjir sungai bertemu dengan banjir laut (rob), maka wilayah dusun akan tergenang banjir. 

Kondisi banjir rob kali ini lebih buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Genangan banjir menutupi jalan utama yang membelah dusun ini. Banyak rumah warga yang kemasukan air banjir hingga memaksa penghuninya menyelamatkan barang-barang berharganya dan mengungsi mencari tempat yang lebih aman dari banjir. Jembatan satu-satunya yang menghubungkan wilayah utara dengan wilayah selatan rusak sedang karena terjangan air yang disertai sampah-sampah pohon kayu. Beberapa sisi sungai terkisis cukup banyak yang semakin menambah jumlah pohon yang hanyut. Di muara sungai, tepat di lokasi pertemuan dengan air laut, sampah-sampah beraneka rupa tersebar ke segala arah menempel, menutupi, dan menerjang tanaman mangrove. Sampah yang menempel berupa plastik tersangkut di dahan-dahan percabangan pohon, sampah kayu beronggok di beberapa sudut kawasan mangrove. Yang cukup mengherankan adalah ditemukannya sebuah batako utuh di dalam areal mangrove. Selain itu juga serumpun bambu utuh teronggok di tepi muara sungai persis di samping areal tanaman mangrove.
Banjir Madak Belek Sekotong Lombok Barat
Banjir di jalan depan masjid dusun dengan ketinggian sebetis orang dewasa
Banjir Madak Belek Sekotong Lombok Barat
Kondisi jembatan penghubung dalam dusun rusak terkikis arus banjir dan sampah
Sampah plastik terbawa banjir dan tersangkut di mangrove
Serumpun bambu teronggok di tepi sungai setelah banjir reda
Pak Mahrim mengangkat sebuah batako (berat ~2 kg) ditemukan di pantai mangrove
Kondisi mangrove tetap bertahan walau diterjang banjir dan rob
Mahrim, salah satu warga yang giat menanam dan menjaga mangrove di pesisir Dusun Madak Belek mengatakan bahwa peristiwa banjir seperti ini sudah rutin jadi langganan warga. Biasanya mulai Bulan Desember hingga Bulan Februari. Setelah masa Bau Nyale berakhir, cuaca akan kembali normal. Lebih lanjut Pak RT (jabatan Pak Mahrim di Dusun ini) menyampaikan bahwa tahun ini banjirnya lebih besar. Di beberapa lokasi tutupan mangrove memang semakin sedikit, bahkan pohon-pohon yang sudah tua/kuat pun ikut tumbang terkena abrasi. Pohon mangrove adalah satu-satunya harapan masa depan Warga Dusun Madak Belek untuk tetap aman dari bencana banjir dan rob yang dipicu oleh perubahan iklim global. Pak Mahrim akan terus berusaha bersama warga untuk menanam dan memilihara mangrove yang telah ada. Mangroveku hebat jadi tumpuan warga masyarakat. Amin.

No comments:

Post a Comment

Bottom Ad [Post Page]